WELCOME TO LOMBOK ISLAND 2014 "ENJOY YOUR HOLIDAY WITH US"

Sabtu, 26 April 2014

OGOH-OGOH ANCIENT TRADITION AND THE FIRE WAR TRADITION ON THE ISLAND OF LOMBOK /TRADISI KUNO OGOH-OGOH DAN TRADISI PERANG API DI PULAU LOMBOK









OGOH-OGOH ANCIENT TRADITION AND THE FIRE WAR TRADITION ON THE ISLAND OF LOMBOK


A day ahead of the chess Brata seclusion , welcome the new year every year saka Hindus in Lombok , West Nusa Tenggara Ogoh - Ogoh parade staged , as many as 100 more ogoh - ogoh is paraded around the city of Mataram , which is watched by hundreds of people from various religious cross .
yesterday . Various embodiments Butha when paraded around town by the youth and the children of the Hindus on the island of Lombok , they are thrilled to welcome the arrival of a new year of Saka . " Ogoh-ogoh is the smallest , we named Bima, which could get out of the volcano , but that is a form of bad guy " said Pande Made , a boy from participating Cakranegara lead ogoh -ogoh .
Each ogoh-ogoh is carried by 15 to 20 people , various kinds of butakala made ​​its realization , from time to time rarung drugs . When the drug is unique raised by primary school children and junior high , they realize the dangers of drugs as Butha time , which endanger their lives . Number of ogoh - ogoh are derived each year a diverse and varied .last year reached 151 ogoh - ogoh .
Foreign tourists do not miss , they watched with delight ogoh-ogoh parade in the city of Mataram , it is different treatswith in Bali , Lombok majority of the audience came from various religious cross , it is very unique for them . In fact there are tourists who were involved in the parade ogoh -ogoh . Marcilis , tourists from Greece cool to photograph interesting moments from the parade of ogoh - ogoh tersbeut , he admitted for the first time witnessed the parade of ogoh - oghoh in Lombok and her very interesting and enjoyable . Moreover, the show belongs to all citizens . " This is a fun and spectacle , exciting , it's a great spectacle and culture belong to many people " said Marcilis .
War Tradition APINo less exciting and unique as the celebration of Nyepi is the tradition of the Fire War . Hindus in Lombok , West Nusa Tenggara and does have a unique tradition of keeping ahead of Nyepi , the day before Catunjar sweta will Betara Brata seclusion , two groups of youths of the State Page of the banjo and banjo Sweta will meet in a flame war . Where war is believed to be repellent Butha time or demons that dwells in human beings on this earth .
Before sunset , the orange dusk , two groups of young men who look equally tough has prepared their weapons , which is a belt that ties gobok dried palm leaves . Each youth carrying a Gobok . They gathered inThe village borders or banjo . " Let the war should begin , prepare yourself , prepare your weapons ," shouted the youth of sweta banjo . The fun of each action was common before the warunderway . They each prepare .
Each time this flame war , hundreds of people watched it , they mostly chose to be on the wall or a tree so they could watch the war freely , but it did not get hit that ignited the fire of gobok . " War is war flames unique and rare , notexclaimed Nyepi without witnessing a flame war . " Made said one of the spectators .
As the sun increasingly inclined to the west , perangpun ready done . Each youth group gobok lit them on fire. In the tradition carried down from generation to generation , there is a referee who can keep when the war started and when the war should end . As soon as the whistle sounded , perangpun underway . A bolt of fire in different directions to attack each other , the audience moves to escape , as the two groups move very quickly with a flash of fire from their guns gobok .
In this war the rules they may only hit the opponent's body , banned fire slammed into his face . And the rule was never kept them long break that tradition lasted for generations , tens or even hundreds of years ago .
Only lasted less than 10 minutes , the war was over , the two groups of youth referee to intervene and declare the war is over . Both groups of young men yelling at each other and raised their arms Gobok then discarded , there are a number of people who picked up the gobok to be burned in the yard of their home as a form of crime has been successfully combated .The uniqueness of this flame war tradition is no grudge between the two groups of young men . They respect each other and remain friends . " No hard feelings, it is a tradition that we performed hereditary : Nengah said Gunawan , the youth of the State Saka .
Residents believe if a flame war is not implemented , then one could villages of prolonged disease .
Ida Bagus Ngurah Tatwa , Hindu community leaders , war can be regarded as a warning of fire or anniversary where we are free from prolonged outbreak , caused by two major kingdoms in the island of Lombok at that time , the kingdomSingasari in the city of Coral kingdom of Mataram and tamarind in Mayura , at the time of civil war . The civil war that led to the loss of the two kingdoms . Many of the bodies were falling but no one to bury them properly , they are leftlying in the region along the streets of the two kingdoms , so there is an outbreak of disease . " The village is said between the two countries and Sweta saka who agreed to bury the bodies , so that the plague could disappear " Tatwa said .
The purpose and meaning of a flame war is a tradition of commemorating the ceremony or it eliminates the ability of the two villages as a result of the outbreak of the war . Where the symbol of a flame war is a war in the sense expel evil spirits or Butha time .
There is no victory or defeat in the tradition of a flame war , all residents holding victory in the fight against crime and kejatahan human beings on earth , like the spirit embodied in the implementation Chess Penyepian Brata .


 Lombok tour packages booking procedure :
1 . Please send an email to davakrishnapratama@yahoo.com / sms to 081907766663,087865955695 ( xl ) 085 333 224 001 ( Telkomsel )2 . Include full name , number of participants , choice hotel , date and month stay ( stay) .3 . If the email has not been replied within 6 hours , please re- confirmation or phone to 081 907 766 663 ( xl )



 TRADISI KUNO OGOH-OGOH DAN TRADISI PERANG API DI PULAU LOMBOK


Sehari menjelang catur Brata penyepian,  menyambut tahun baru saka setiap tahun umat Hindu di Lombok, Nusa Tenggara Barat menggelar pawai Ogoh-Ogoh, sebanyak 100 lebih ogoh-ogoh diarak keliling kota mataram, yang ditonton ratusan warga dari berbagai lintas agama.

kemarin. Berbagai perwujudan butha kala diarak keliling kota oleh pemuda dan anak-anak dari warga Hindu di pulau Lombok, mereka bergembira menyambut kedatangan tahun baru Saka. “ini ogoh-ogoh paling kecil, kami menamakannya Bima, yang bisa keluar dari gunung berapi, tetapi yang ini wujud dari sosok yang jahat” kata Made Pande, seorang Bocah dari Cakranegara yang ikut menggiring ogoh-ogoh.

Setiap ogoh-ogoh dibawa oleh 15 hingga 20 orang, berbagai jenis butakala dibuat perwujudannya, mulai dari kala rarung hingga kala narkoba. Kala narkoba sangat unik diangkat oleh anak-anak sekolah Dasar dan SMP, mereka mewujudkan bahaya narkoba sebagai butha kala, yang membahayakan kehidupan mereka. Jumlah ogoh-ogoh yang diturunkan tiap tahun beragam dan bervariasi.
tahun lalu mencapai 151 ogoh-ogoh.

Sejumlah wisatawan asing tak ketinggalan, mereka menyaksikan dengan senang pawai ogoh-ogoh di kota Mataram, suguhan itu tentu berbeda
dengan di bali, mayoritas penonton di Lombok berasal dari berbagai lintas agama, itu sangat unik bagi mereka. Bahkan ada wisatawan yang ikut terlibat dalam pawai ogoh-ogoh tersebut. Marcilis, wisatawan asal Yunani asik memotret momen-momen menarik dari pawai ogoh-ogoh tersbeut, dia mengaku baru pertama kali menyaksikan pawai ogoh-oghoh di Lombok dan baginya sangat menarik dan menyenangkan. Apalagi tontonan itu menjadi milik semua warga. “ini sebuah tontonan yang menyenangkan dan ,menarik, ini sebuah tontonan budaya yang bagus dan menjadi milik banyak orang” kata Marcilis.

Tradisi Perang API
Yang tak kalah seru dan unik saat perayaan nyepi adalah tradisi Perang Api. Umat Hindu di Lombok, Nusa Tenggara Barat memang memiliki dan menjaga tradisi unik menjelang hari raya Nyepi, sehari sebelum Catunjar sweta akan betara Brata penyepian, dua kelompok pemuda dari banjar Negara saka dan banjar Sweta akan bertemu dalam perang api. Dimana perang ini diyakini menjadi pengusir butha kala atau roh-roh jahat yang bersemayam dalam diri manusia di muka bumi ini.

Sebelum matahari terbenam, menjelang senja yang jingga, dua kelompok pemuda yang terlihat sama-sama tangguh telah menyiapkan senjata mereka, yaitu satu ikat gobok yaitu ikatan daun kelapa kering. Masing-masing pemuda membawa satu Gobok. Mereka berkumpul di
perbatasan Desa atau banjar. “ayo perang harus dimulai, siapkan diri kalian, siapkan senjata” teriak pemuda dari banjar sweta. Aksi saling olok tersebut adalah hal biasa menjelang perang
berlangsung. Mereka masing-masing menyiapkan diri.

Tiap kali perang api ini, ratusan orang menontonnya, mereka kebanyakan memilih berada di atas tembok atau pohon agar bisa menyaksikan perang dengan leluasa, selain itu tak terkena pukulan api dari gobok yang dinyalakan. “Perang api adalah peperangan yang unik dan langka, tidak
seru nyepi tanpa menyaksikan perang api.”kata Made salah seorang penonton.

Saat matahari makin condong ke barat, perangpun siap dilakukan. Masing-masing kelompok pemuda menyulutkan gobok mereka dengan api. Dalam tradisi yang dilakukan turun temurun ini, ada wasit yang menjaga kapan perang bisa dimulai dan kapan perang harus diakhiri. Begitu peluit dibunyikan, perangpun berlangsung. Sambaran api ke berbagai arah menyerang satu sama lain, penonton bergerak menghindar, karena kedua kelompok bergerak sangat cepat dengan kelebatan api dari senjata gobok mereka.

Dalam perang ini aturannya mereka hanya boleh memukul tubuh lawan, dilarang menghantamkan api ke wajah lawannya. Dan aturan itu tetap dijaga tak pernah mereka langgar selama tradisi itu berlangsung secara turun temurun, puluhan bahkan ratusan tahun silam.

Hanya berlangsung  kurang dari 10 menit, perangpun usai, wasit melerai kedua kelompok pemuda dan menyatakan perang berakhir. Kedua kelompok pemuda saling berteriak dan mengangkat senjata Gobok mereka kemudian dibuang, sejumlah warga ada yang memungut gobok tersebut untuk dibakar di pekarangan rumah mereka sebagai wujud kejahatan telah berhasil diperangi.
Keunikan dari tradisi perang api ini adalah tak ada dendam antara kedua kelompok pemuda itu. Mereka saling menghormati dan tetap bersahabat. “tak ada dendam, ini adalah tradisi yang kami laksanakan turun temurun: kata  Nengah Gunawan, pemuda dari Negara Saka.

Warga mempercayai jika perang api tidak dilaksanakan, maka salah satu desa bisa terserang penyakit berkepanjangan.

Menurut  Ida Bagus Ngurah Tatwa, tokoh masyarakat Hindu, Perang api bisa dikatakan sebagai peringatan , atau ulang tahun dimana kita terbebas dari wabah yang berkepanjangan, yang diakibatkan oleh dua kerajaan besar di Pulau Lombok pada waktu itu, yaitu kerajaan
Singasari di kota Mataram dan kerajaan Karang asem di Mayura, pada saat itu terjadi perang saudara. Perang saudara itu menyebabkan jatuhnya korban dari kedua kerajaan. Banyak mayat berjatuhan akan tetapi tak ada yang menguburkan mereka dengan layak, mereka dibiarkan
bergelimpangan di jalan-jalan disepanjang wilayah kedua kerajaan itu,sehingga muncul wabah penyakit. “konon dua Desa antara negara saka dan Sweta lah yang bersepakat menguburkan mayat-mayat itu, sehingga wabah itu bisa lenyap” kata Tatwa.

Maksud dan makna dari perang api adalah sebagai upacara atau tradisi memperingati kemampuan kedua desa itu menghilangkan wabah akibat peperangan tersebut. Dimana simbol dari perang api adalah peperangan dalam arti mengusir roh-roh jahat atau butha kala.

Tak ada kalah atau menang dalam  tradisi perang api, semua warga menggenggam kemenangan memerangi kejahatan dalam diri manusia dan kejatahan di muka bumi, seperti spirit yang terkandung dalam pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

Prosedur pemesanan paket wisata lombok :
1. Silahkan kirim email ke davakrishnapratama@yahoo.com / sms ke 081907766663,087865955695(xl) 085333224001(telkomsel)
2. Sertakan nama jelas, jumlah peserta, hotel pilihan, tanggal dan bulan kunjungan ( menginap ).
3. Jika email belum di balas dalam waktu 6 jam, mohon untuk confirmasi ulang atau tlp ke 081907766663 (xl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar